
Ketidak adilan gender yang biasa melingkupi kaum perempuan semakin terasa ketika musibah banjir melanda,” ujar Gefarina, Senin (20/01).
Ia mengeritik kegagalan Pemerintah Kota Depok, Jawa Barat,
dalam membangun sistem dan pengendalian tata ruang kota. Salah satu
daerah penyangga Ibu Kota ini pun ikut menyumbang banjir besar yang
melanda Jakarta.
“Konsep pembangunan Kota Depok pada kenyataannya memang berantakan. Jika diperhatikan, hampir seluruh perumahan dan permukiman yang ada di Depok dibangun di sempadan dan di sekitar Sungai Ciliwung,” papar Gefarina.
Ia menyebutkan, terdapat sembilan perumahan yang dikembangkan persis
atau tepat berada di sempadan dan sisanya dibangun di sekitar sempadan
Sungai Ciliwung. Di antaranya perumahaan elite Pesona Khayangan, Grand
Depok City, dan Cimanggis Country Riverside.
Pembangunan proyek-proyek perumahaan itu berlangsung sangat masif
menyebabkan melemahnya daya dukung sempadan sungai. “Jelas ini
melanggar dan menyalahi Keputusan Presiden Nomor 32 tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung,” papar mantan Wakil Ketua Umum Muslimat
Nahdlatul Ulama tersebut.
Pada saat perumahan tersebut dibuka dan beroperasi, lanjut Gefarina,
terjadi pendangkalan tanah, arus lumpur, dan sedimentasi menjadi lebih
tinggi. ''Saat hujan terjadi, Sungai Ciliwung tak dapat menampung air
hujan yang justru langsung mengalir ke tempat lebih rendah yakni
Jakarta. Air yang mengalir ini disertai sampah dan lumpur," tutur
Gefarina.
Ia menengarai, Pemerintah Kota Depok justru membiarkan
pembangunan terus terjadi. ''Mereka memberi izin tanpa disertai
Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) dan tanpa pengawasan Tata Ruang,''
tandasnya.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung. Silakan berikan komentarmu...